Sabtu, 01 Mei 2010
AKU DAN CINTA
Beberapa kali aku melihat Nathan tidak setia, tapi aku masih memaafkanya. Namun aku mendengar lagi penyelewengan Nathan disaat aku mengalami musibah. Musibah yang sangat berat bagiku. Sudah sebulan aku menunggu tapi Nathan masih belum datang. Masih adakah kata maaf yang akan dia ucapkan kepadaku?. Terakhir kali aku berjumpa dengan Nathan ketika ayahku keluar dari rumah sakit, dan ia membantu mendorong ayahku dengan kursi roda. Sudah beberapa kali aku mencoba menelepon, menulis surat ataupun mengirimkan beribu-ribu sms, tapi ia juga tidak membalasnya. “mungkin Nathan masih sibuk dengan ujianya”, pikirkuLalu, aku kembali memandang keluar jendela, jauh di bawah sana, pucuk-pucuk cemara meliuk-liuk ditiup angin, sesekali angina gunung itu masuk lewati jendela dan mengusik rambutku. Tampak beberapa pasang remaja sedang asyik bergandengan tangan.“ ah, kalau seandainya sore ini ada Nathan, pasti aku tidak pernah merasa sepi seperti ini”, pikirku.Aku kembali memandang ke luar jendela untuk menunggu Nathan. Sejak kemarin, kemarin dulu, bahkan sejak sebulan yang lalu, tapi Nathan belum juga datang menghampiriku disini. Aku teringat dengan masa laluku, ketika aku sedang bernyanyi di pinggir lapangan sendirian, lalu ia datang menghampiriku. “ suara kamu bagus juga”. Akupun tertunduk malu “tapi aku suka kok suara kamu” Banyak gadis yang suaranya bagus,”jawabku”. “ tapi kamu gadis cantik yang bersuara merdu”. “ aku ini sama saja dengan gadis lain, tidak ada bedanya”.jawabku.Kemudian Nathan meletakkan telapak tanganya dipundakku, lalu ia berkata “ aku suka kamu and who knows someday I can be that special someone for you”.Siang itu setelah satu setengah bulan aku menunggu Nathan. Pagi tadi adiknya menelepon dan mengabarkan bahwa aku tidak perlu menunggu Nathan lagi. “kenapa?”, tanyaku “ pokoknya nggak perlu ditunggu lagi, kak”.Aku mulai berpikir barang kali Nathan berkhianat lagi. Lalu akupun terbayang dalam ingatanku wajah Nathan bersama tyas, aku masih bisa memaafkanya. Lalu dengan nanda dan nia. Apakah ia masih punya persediaan maaf? “ hai?”Akupun tersentak kaget dalam lamunanku.ternyata ada bram yang berdiri didepan jendelaku. Bram adalah sosok pria yang menemaniku selama satu setengah bulan yang lalu. Bram adalah pria yang tidak pernah berputus asa. Bram juga seorang dokter muda lulusan setahun lalu, dan sekarang diperbantukan pada pusat rehabilitasi anak-anak cacat. Ia juga disini untuk membantu proses penyembuhan kaki ayahku agar bisa berjalan kembali. “ masihkah kamu menunggu sang pangeran?” “Nggak, lagian dia tidak akan pernah datang lagi untuk menemuiku disini, bram” Keesokan harinya Pagi ini bram mau mengajakku jalan-jalan untuk menghirup udara segar. “ kita jalan pelan-pelan ya, bram ?” pintaku. “ iya, memang harus pelan, kalau perlu kamu peganggi lenganku itu, kalau kamu Tidak malu”. “kok malu?” “masak bidadari mengandeng tangan seorang yang buruk rupa”.Lalu akupun mencubit lengan bram keras sekali sehingga brampun mengaduh. “ kamu baik sekali padaku, boleh aku tahu apa alasan kamu?” “ pada mulanya aku kasihan melihat kamu murung di jendela itu. Sepertinya Kamu sedang menunggu seseorang, tapi yang kamu tunggu tidak kunjung Tidak kunjung datang. Lalu akupun mencari tahu dengan menanyai bi iyah. Dan Mereka bilang kamu sedang menunggu pacar kamu yang bernama Nathan, lantas Aku tanya ciri-cirinya. Rupanya cocok dengan ciri-ciri yang aku kenal. Aku Kenal betul siapa Nathan. Dia juga mahasiswa kedokteran kan? Tapi dia di drop Dia pindah ke fakultas lain. Aku tidak rela kalau kamu menjadi gadis kesekian Puluh kalinya Nathan”. “itulah alasanku na”. “ hanya itukah alasanmu?” “ tentu ada yang lain, dong” “ apa bram?”tanyaku “ tidak perlu aku katakan. Sebab aku percaya sikapku selama ini sudah Menunjukkan hatiku kepadamu” jawab bram dengan senyumanyaAkhirnya akupun pulang dengan perasaan bahagia. Dua hari setelah itu Akupun mulai lagi melanjutkan sekolahku yang sempat terputus karena aku harus ikut merawat ayahku.“hai?”Akupun menoleh. Di dekatnya Nathan tersenyum.Akupun membalas senyuman itu“syukur deh, kamu sudah bisa sekolah lagi, maaf kemarin-kemarin aku sibukSekali, sehingga tidak bisa menjenguk kamu, dan ayah kamu”“ tidak apa-apa kok nat”.“ kamu memaafkan aku kan?”“ jangan khawatir, nat””aku rindu kamu”“oh, iya? Nathan akan memegang tanganku, tetapi dengan gerakan halus akupun menghindar. Lalu akupun segera meninggalkan Nathan.Setelah sekolah akupun telepon Bram, aku mengatakan kalau baru saja bertemu dengan Nathan. “datang ya, Bram?” “oke,oke aku akan datang” “pukul lima tepat, jangan lupa” “iya, iya” “awas kalau terlambat” “percayalah aku tidak akan terlambat” Lalu akupun menutup telepon itu dan segera membayangkan pertemuan segitiga nanti. Pukul lima tepat. Akhirnya Bram,aku,dan Nathan duduk dalam satu meja. Aku dengan halus memutuskan hubunganku dengan Nathan. Tapi seperti biasa ia tidak ingin putus dariku dan malah menuduh Bram membujukku agar aku memutuskan hubunganku dengan Nathan. “Nat, ketahuilah bahwa aku sudah muak dengan permintaan maaf kamu, kata-kata gombal kamu, kamu tuh udah bener-bener bikin aku sakit hati. Dan sekarang aku mau putus sama kamu dan nggak akan ada kata iya untuk balikan lagi sama kamu” Dengan seketika Nathan pergi sambil menahan amarahnya, perasaanku akhirnya tenang dan merasa telah lepas dari beban berat. Lalu Bram pun menarik tanganku dan mengatakan “Maukah kamu jadi orang yang aku cintai untuk sekarang dan selamanya?”Dan, tanpa berpikit panjang akupun mengatakan “iya” SEKIAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar